Senin, 07 Februari 2011


Gambar Spektakuler: Matahari dalam 3 Dimensi
STEREO menguak wajah asli Matahari-- bola plasma panas dengan medan magnet mirip tenunan.
SENIN, 7 FEBRUARI 2011, 15:30 WIB
Elin Yunita Kristanti
VIVAnews -- Dari Bumi, Matahari terlihat bagai bola kuning yang menyilaukan. Meski menampilkan wajah beda, foto-foto sang surya  yang diambil satelit luar angkasa masih dua dimensi.

Dan, pada Minggu 6 Februari 2011 terbukti: Matahari berbentuk bola. Satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil mengambil gambar Matahari secara tiga dimensi.

"Ini adalah untuk pertama kalinya kita bisa melihat aktivitas manusia secara utuh dalam tiga dimensi," kata Angelos Vourlidas, ilmuwan STEREO di Laboratorium Angkatan Laut, Washington, DC, seperti dimuat situs NASA.

Ini, tambah dia, adalah peristiwa besar dalam bidang fisika Matahari. "STEREO menguak wajah asli Matahari-- bola plasma panas dengan medan magnet mirip tenunan rumit," tambah dia.
NASA mengirimkan dua satelit Solar Terrestrial Relations Observatory (STEREO) ke dua posisi Matahari secara berlawanan. Masing-masing mengambil foto Matahari 180 derajat. Dua gambar itu lalu digabungkan menjadi satu, membentuk bola merah membara.
Gambaran lengkap Matahari 3D
Untuk merilisnya ke publik, NASA memilih waktu yang bertepatan dengan momentum laga Superbowl saat Greenbay Packers melawan Steelers.

Dengan melihat gambaran utuh Matahari diharapkan akan berperan dalam pemantauan cuaca Bumi. Juga diyakini akan membantu terwujudknya impian manusia mengirimkan armada penjelajah langit ke seluruh tata surya.  Untuk melihat video utuh Matahari lihat di sini

STEREO diluncurkan pada 2006, tugasnya adalah untuk melacak aliran energi dan materi  Matahari ke Bumi. Satelit ini juga menyediakan gambar sistem Matahari-Bumi yang unik dan revolusioner. Misi mengambil gambar utuh Matahari secara tiga dimensi telah dilakukan sejak 2007.

Pada 2009, si kembar STEREO berhasil mengambil gambar struktur letusan di korona Matahari (coronal mass ejections) yang diyakini bisa berakibat negatif ke Bumi. Diperkirakan terjadi 2013 mendatang, peristiwa badai Matahari diperkirakan akan mengganggu komunikasi, navigasi, satelit, dan pembangkit listri di Bumi. 
Gambaran lengkap Matahari 3D 3

STEREO dibangun dan didesain oleh para ilmuwan dari sejumlah negara, AS, Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, Belanda, dan Swiss.

Kepada Telegraph, ilmuwan Inggris Dr Chris Davis yang terlibat dalam proyek STEREO mengatakan hasil kerja dua satelit itu sangat memuaskan. "Saya sangat gembira langkah maju ini, saya membayangkan di masa depan, observasi Matahari akan makin unik."

Sementara, pada The Guardian, ilmuwan Laboratorium Rutherford Appleton, Oxfordshire, Richard Harrison mengatakan hasil gambar STEREO akan mengubah persepsi orang terhadap Matahari.

"Matahari bukan lingkaran kuning seperti banyak orang kira," kata dia. "Ini sangat kompleks, dengan gambaran tiga dimensi, esensi untuk cara kerjanya," kata dia. (Daily Mail)
(umi)

• VIVAnews

islam ada di amerika



Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.



Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.




Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.



Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.



Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.



Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)








Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?



Sejarahnya panjang,

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.



Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.



Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.

Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu..



Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.



Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]


Sumber : CAHYAIMAN

http://sumaji1208@blog.spot.com: Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman DinosaurusSera...

http://sumaji1208@blog.spot.com:
Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman DinosaurusSera...
: "Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman DinosaurusSerangga nenek moyang jangkrik ini berasal dari 100 juta tahun silam. Ia cepat dan rakus.SELAS..."

Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman Dinosaurus
Serangga nenek moyang jangkrik ini berasal dari 100 juta tahun silam. Ia cepat dan rakus.
SELASA, 8 FEBRUARI 2011, 09:11 WIB
Indra Darmawan

VIVAnews - Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil. Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100 juta tahun silam.
Nenek moyang jangkrik itu hidup di periodeCretaceous, sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.
Seperti dikutip dari situs LiveScience, ia berasal dari genus Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring. Genus Schizodactylus mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid. 
"Nama ini mereka dapatkan sesuai dengan kaki yang mereka miliki yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat berpasir untuk memburu mangsa mereka," kata Sam Heads, Ketua peneliti yang menemukan fosil ini.
Saat berburu, kata Heads, spesies ini sebenarnya tak menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir habitat mereka untuk mencari mangsa. "Mereka bisa bergerak dengan cepat bila diperlukan... dan mereka cukup rakus," ujar Sam yang berasal dari University Illinois itu.
A splay-footed cricket called Schizodactylus monstrosus (shown) is a living descendant of the newly identified fossil, and the two would've been about the same size. Credit: Sam Heads.
Setidaknya, ia memiliki perbedaan dengan jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke bagian belakang tubuhnya, ia memiliki postur yang agak aneh. 
Antenanya lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung dan kaki yang tajam seperti sepatu salju. Menurut Heads, ini untuk mendukungnya tetap bisa menjejak di daerah berpasir. 
Namun, jangkrik yang sangat agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya, kata Heads biasanya hanya bisa dimekarkan saat diperlukan. Secara umum, kata Heads, jangkrik ini tidak begitu banyak mengalami evolusi atau mengalami periode 'evolutionary stasis' selama paling tidak 100 juta tahun. (sj)


• VIVAnews

http://UangDownload.Com/88054